Gaya Hidup Media Sosial: Antara Flexing Culture dan Krisis Kesehatan Mental

nusawork

|

14 October, 2025

Bagikan artikel ini

Icon Facebook

Icon Twitter

Gaya Hidup Media Sosial: Antara Flexing Culture dan Krisis Kesehatan Mental

Media sosial telah berubah dari sekadar alat komunikasi menjadi sebuah panggung global yang sangat berpengaruh, membentuk cara kita berinteraksi, mengonsumsi, dan bahkan memandang diri sendiri. Gaya Hidup Media Sosial kini identik dengan citra yang terpoles, menciptakan sebuah budaya yang disebut Flexing Culture—pamer kekayaan atau kesuksesan demi validasi.

Namun, di balik layar filter dan like, terdapat konsekuensi signifikan yang mengancam Kesehatan Mental penggunanya. Memahami dinamika ini adalah kunci untuk mencapai Keseimbangan Digital di era keterhubungan yang intens.

1. Jebakan Highlight Reel dan Perbandingan Sosial

Media sosial beroperasi berdasarkan kurasi. Setiap feed yang kita lihat adalah highlight reel—potongan-potongan terbaik dari kehidupan seseorang yang telah melalui proses penyaringan ketat. Jarang sekali kita melihat kegagalan, kelelahan, atau momen biasa.

Dampaknya:

  • Perbandingan Sosial: Paparan konstan terhadap kesempurnaan artifisial ini memicu Perbandingan Sosial yang tidak sehat. Kita cenderung membandingkan realitas diri kita yang kompleks dengan image publik orang lain yang tanpa cela.

  • Fear of Missing Out (FOMO): Fenomena ini membuat pengguna merasa cemas dan tidak cukup karena khawatir tertinggal dari tren atau acara yang dipamerkan orang lain, memicu penggunaan media sosial yang kompulsif.

  • Ketidakpuasan Diri: Ketika standar hidup, kecantikan, atau kesuksesan yang ditampilkan di media sosial menjadi tidak realistis, hal itu secara perlahan mengikis harga diri dan memicu kecemasan atau depresi.

Pada intinya, Gaya Hidup Media Sosial memaksa kita berpartisipasi dalam perlombaan yang tidak bisa dimenangkan, karena standar yang digunakan adalah ilusi.

Baca:  Siapa Bilang Pekerjaan sebagai HR Itu Mudah?

2. Dari Konsumsi Menuju Kompulsif: Dampak pada Perilaku

Flexing Culture (budaya pamer) mendorong siklus konsumsi yang merusak Kesehatan Mental dan finansial:

  1. Validasi Eksternal: Seseorang memamerkan barang mewah atau liburan mahal (Flexing Culture) untuk mendapatkan like dan komentar, menjadikan validasi eksternal sebagai tolok ukur nilai diri.

  2. Perilaku Konsumtif: Demi menjaga citra atau mengatasi FOMO, individu terdorong untuk membeli barang-barang di luar kemampuan finansial mereka, hanya untuk konten. Ini menciptakan masyarakat yang didorong oleh tampilan, bukan substansi.

  3. Ketergantungan Dopamine: Notifikasi dan like memicu pelepasan dopamin di otak, menciptakan siklus adiktif di mana pengguna terus mencari buzz instan tersebut, mengorbankan waktu produktif, istirahat, dan interaksi nyata.

3. Strategi Menuju Keseimbangan Digital: Digital Detox dan Pengaturan Batas

Untuk menavigasi Gaya Hidup Media Sosial secara sehat, diperlukan perubahan pola pikir dan tindakan nyata.

A. Terapkan Digital Detox Ringan

  • Matikan Notifikasi yang Tidak Penting: Kurangi pemicu yang menarik Anda ke ponsel. Biarkan Anda yang memutuskan kapan saatnya memeriksa media sosial, bukan sebaliknya.

  • Zona Bebas Gadget: Tentukan waktu dan tempat bebas gawai, seperti saat makan, satu jam sebelum tidur, atau saat berinteraksi tatap muka dengan orang lain.

  • Puasa Akhir Pekan: Cobalah Digital Detox penuh selama satu hari di akhir pekan untuk menyegarkan pikiran dan berinteraksi dengan dunia nyata.

B. Kurasi Feed Anda

  • Unfollow Akun yang Memicu Kecemasan: Hapus atau mute akun yang secara konsisten memicu Perbandingan Sosial atau rasa tidak nyaman pada diri Anda.

  • Follow Akun Edukasi dan Inspirasi: Alihkan fokus Anda ke konten yang mendidik, informatif, atau benar-benar menginspirasi tanpa menekan Anda untuk mencapai kesempurnaan.

Baca:  Sulit Untuk Di Hadapi! Berikut Tantangan Terbesar Di Dunia HR

C. Ubah Tujuan Penggunaan

Gunakan media sosial sebagai alat (tool) untuk mencari informasi, membangun jaringan profesional, atau mempertahankan hubungan jarak jauh, bukan sebagai cermin (mirror) untuk mengukur harga diri Anda.

Keseimbangan Digital bukan berarti meninggalkan media sosial sepenuhnya, tetapi mengontrolnya agar ia mendukung kehidupan nyata Anda, bukan mendikte atau merusaknya.


Apakah perusahaan Anda siap untuk menerapkan aplikasi HRISHubungi tim Nusawork untuk demo gratis dan buktikan sendiri bagaimana HRIS mengubah cara Anda kelola karyawan menjadi lebih cerdas, cepat, dan berdampak. Nusawork - to make people smile.

Artikel Terkait

AI Merajalela Perusahaan Tidak Rela: Sebuah Seni untuk Bersahabat dengan Kemajuan Teknologi AI

Blog

AI Merajalela Perusahaan Tidak Rela: Sebuah Seni untuk Bersahabat dengan Kemajuan Teknologi AI

Transformasi AI di era digital yang terjadi di abad-21 ini telah mengarah ke berbagai sektor dan bidang perusahaan seperti teknologi, keuangan, kesehatan, manufaktur, bahkan sampai ke struktur UMKM. Sistem pengelolaan operasional yang bersifat konvensional pun perlahan mulai ditinggalkan. Fenomena ini terjadi bukan tanpa alasan melainkan efek dari kemajuan teknologi yang kian hari semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi yang terjadi,…

nusawork
|
12 December, 2025
Bukan Sekadar Hype: 5 Sumber Motivasi Intrinsik yang Membuat Bisnis Bertahan Lebih Lama dari Tren

Blog

Bukan Sekadar Hype: 5 Sumber Motivasi Intrinsik yang Membuat Bisnis Bertahan Lebih Lama dari Tren

Saat ini, banyak bisnis yang lahir dengan cepat berkat hype dan viral marketing. Namun, tahukah Anda mengapa sebagian besar dari mereka gugur tak lama kemudian? Jawabannya seringkali terletak pada sumber energi mereka. Jika motivasi Anda hanya didorong oleh tren luar atau uang semata (ekstrinsik), ia akan cepat padam. Rahasia Ketahanan Bisnis justru terletak pada Motivasi Intrinsik Bisnis—dorongan yang datang dari…

nusawork
|
09 December, 2025
Karier Bukan Solo Karier: Seni Membangun Koneksi yang Menguatkan Motivasi dan Mempercepat Jalan Menuju Kesuksesan

Blog

Karier Bukan Solo Karier: Seni Membangun Koneksi yang Menguatkan Motivasi dan Mempercepat Jalan Menuju Kesuksesan

Di tengah persaingan profesional yang ketat, seringkali kita didorong untuk percaya bahwa kesuksesan hanya bergantung pada keahlian dan kerja keras individu—sebuah ilusi “solo karier.” Namun, kenyataannya, jalur menuju puncak jarang ditempuh sendirian. Kekuatan sejati terletak pada Hubungan Antar Manusia yang kita pupuk. Menguasai seni Membangun Koneksi Karier yang bermakna adalah kunci untuk menguatkan Motivasi Intrinsik dan mencapai Kesuksesan Kolaboratif yang…

nusawork
|
06 December, 2025
nusawork

Siap untuk kerja lebih produktif dengan Nusawork?

Optimalkan administrasi HR perusahaan Anda dan tingkatkan produktivitas karyawan dengan sistem HR terintegrasi.